Nusantara Dan Rubiknya
Nusantara Dan Rubiknya
Rubik
salah satu permainan yang sangat digemari bagi kalangan masyarakat yang
memiliki pola piker cerdas. Kegemaran mereka dalam mengotak-atik kubus berwarna
tersebut membuat suatu tantangan tersendiri yang ingin dipecahkan. Berbagai
warna menyatu dalam satu kesatuan yang akhirnya pecah terpencar di berbagai
penjuru sudut kubus.
Patih
Gajah Mada pada abad ke 14 berikrar tak akan makan “buah palapa” sebelum
mempersatukan nusantara. Nusantara berhasil bersatu. Dari Sabang sampai
Merauke, dari Pulau Mianggas sampai
Pulau Rote. Bersatu seperti rubik yang belum terjamah oleh tangan sang pemain,
bersatu dalam satu warna dengan sudut
kubus yang berbeda. Serasi penuh makna.
Rubik
dimainkan, diputar-putar, dan pecahlah warna yang awalnya menyatu dengan
keserasiannya. Semboyan Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” Berbeda-beda tetapi
tetap satu. Semboyan indah penuh makna yang menghadirkan kultur dan adat yang
berbeda. Perbedaan nusantara tidak lain seperti rubik dengan warna warni yang
terpencar di penjuru sudut kubus. Setiap sudutnya mempunyai keserasian dan
keindahan yang saling mengisi. Indonesia dengan berbagai suku, ras, agama, dan
adat yang berbeda bersatu dalam satu irama not yang indah.
Problematika
yang terjadi di Indonesia tidak lebih dari rubik yang sedang dimainkan dan
ditinggal pergi. Bentuknya tak beraturan (bukan warnanya) disaat orang yang
memainkan rubik mulai bingung dan tak tahu solusi permasalahanya.
Rakyat
Indonesia berfikir keras dengan sekuat tenaga mencari solusi dari problematika
yang dialami negara. Tugas kita adalah bagaimana menyatukan rubik yang
bentuknya tak beraturan dengan solusi dan kerja progresih. Pemerintah yang
menjadi pendengar suara minor Rakyat Indonesia sudah sepatutnya mereka membuka
telinga dan mendengar teriakkan rakyat. Saatnya pemerintah untuk tidak
berpangku tangan dan terbuai dalam lamunan semilir hawa nafsu.
Saatnya
anak bangsa bangkit dan jangan biarkan nusantara kita dibiarkan seperti rubik
yang bentuknya tak beraturan. Perbaiki tanah air tercinta, kita kembalikan
keserasian dan perbedaan yang saling berdampingan, bukan perbedaan yang saling
bermusuhan. Seperti indahnya rubik yang setiap sudutnya mempunyai berbagai
warna (bukan tak beraturan bentuknya).
Komentar
Posting Komentar